Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Memoar Braile - Chapter 6

Gambar
CHAPTER 6 KENYATAAN PAHIT             Keesokan harinya, Aini bangun. Dan melihat tidak ada siapapun dikamar itu. Kemudian Aini bangun, ia ingin pergi ke toilet, ketika ia berdiri, suster datang untuk memeriksa Aini. Akhirnya suster itu yang membantu Aini, dengan sabar ia membopong Aini yang masih lemah ke toilet hingga berbaring lagi di kasur. Aini melilhat jam, sudah jam 10 , dan mama, papa, ataupun Fadhil belum ada yang mengunjunginya. Tak beberapa lama, dokter masuk sambil membawa kursi roda, dokter mengatakan bahwa akan membawa Aini untuk pemeriksaan terakhir. Aini dibawa ke ruang periksa mata, Aini dipakaikan kacamata khusus yang terhubung dengan mikroskop dokter. Kemudian Aini menjalani tes rabun mata dan fokus mata. Ia juga diminta melihat dan membaca tulisan-tulisan serta menebak gambar-gambar yang disajikan oleh dokter. Setelah itu, suster membawanya kembali ke kamar, ternyata disana sudah ada mama dan Fadhil. “ Ma, papa kemana ? ”, tanya Aini. “ Papamu sudah tidak

SAPA PEMBACA

Assalamualaikum, pembaca setia corat coret inspiratif :) Bagaimana kabar kalian di hari Jum'at yang penuh berkah ini ? Semoga Allah senantiasa melindungi kita semua dari segala bahaya dan selalu berada didalam lindunganNya. Saya berterima kasih kepada kalian, pembaca yang setia mengunjungi dan membaca web ini. Semoga kalian terhibur dan tidak bosan untuk terus membaca kisah yang ada di web ini. Saya juga minta maaf karena setahun belakangan ini saya jarang update karena berbagai aktivitas di kampus, maklum mahasiswa :). Selain itu, penulis juga belum memiliki inspirasi untuk menulis, tetapi secepatnya akan dirilis kisah-kisah terbaru yang insya Allah semakin inspiratif. Pada kesempatan kali ini, saya membagi kisah yang saya buat yang sudah saya share di lapak sebelah, monggo jika kamu di add dan dijadikan bahan bacaan. Tetapi tenang saja, karena kisah itu saya share juga di web ini. Jadi, pantau terus web ini dan kritik saran kalian akan sangat membantu penulis untuk menghasilka

Memoar Braile - Chapter 5

CHAPTER 5 KELUARGA KECIL YANG DIRINDUKAN “ Aini? Sudah bangun, Sayang ”, tanya Sinta yang segera menghampiri Aini, membelainya dan mengecup keningnya. “ Mama? ”, kata Aini yang langsung memeluk Sinta. “ Oh, putriku. Syukurlah kamu kembali ke mama lagi ”, kata Sinta terharu. “ Ma, dia bukannya... ”, kata Aini menunjuk Bram. “ Iya, Aini. Dia papa kamu. Masa sudah lupa ”, kata Sinta seraya mempersilakan Bram. “ Anda? Kenapa Anda bisa ada disini? Bukannya Anda di Jogja? ”, kataku heran. “ Kamu kok sama papa sendiri kaku banget, sayang. Lagipula kenapa kamu bisa tahu kalau papa ke Jogja? ”, kata Sinta. “ Ah.. Nggak apa-apa kok, Ma ”, kata Aini menundukkan kepala. “ Aini, maafkan papa ya ”, kata Bram seraya mendekati Aini. Ketika Bram akan membelai Aini, ia menolak dengan memalingkan wajah darinya. “ Maaf, saya masih butuh waktu. Saya memang ingin Anda berbaikan dengan mama, tetapi maaf, jika Anda meminta saya kembali seperti dulu saya tidak bisa ”, jawab Aini kaku.

Memoar Braile - Chapter 4

CHAPTER 4 TAKDIR YANG MENYAKITKAN             Sinta berlari menuju kamar Aini dan dilihatnya seorang pemuda yang berdiri di depan pintu kamar Aini. Namun ia tak mempedulikannya dan segera masuk, disusul oleh Bram. Di dalam kamar, dokter masih menyuntikkan cairan ke dalam tubuh Aini yang tergolek lemah. Aini masih memejamkan matanya. Sinta yang panik, kemudian menghampiri dokter itu.             “ Bagaimana kondisi anak saya? Saya mendapatkan telepon dari suster, dok ”, tanya Sinta panik. “ Ibu tenang dulu, saya akan merawatnya sebentar, Suster tolong antarkan bapak dan ibu ini keluar dulu, ”, kata dokter seraya melanjutkan pengobatan. Suster mengiring mereka keluar, Sinta begitu panik. Aini kembali tak sadarkan diri, kenapa ini? Aini kenapa? Sinta begitu khawatir. Bram yang melilhat kondisi putrinya pun ikut tak kuasa menahan tangis, ia begitu menyesal tidak berusaha menemui Aini. Ia merasa tak berguna dan bersalah pada Aini. Fadhil yang berdiri di depan pintu tadi, mengham

Memoar Braile - Chapter 3

Gambar
CHAPTER 3 PERTEMUAN TAK TERDUGA Ketika Aini membuka mata, ia melihat ibunya duduk disebelahnya dan terus menggenggam tangan Aini. Aini merasa kasihan pada ibunya yang harus mondar-mandir dari Jakarta karena keteledorannya dalam menjaga kesehatan. Tanpa sadar Aini menangis, ia merasa menyesal telah merepotkan ibunya. “ Aini! Sudah bangun, sayang. Maaf ya, mama baru sempat nengokin Aini ”, kata Sinta membelai kepala Aini dengan lembut seraya mengecup keningnya. “ Maaf ya, Ma ”, kata Aini sesenggukan. “ Sudah, Aini tidak salah apa-apa. Yang penting Aini sudah baik-baik saja ”, kata Sinta menenangkan. “ Aku selalu merepotkan mama, aku gak pernah bahagiakan mama, aku selalu membuat mama khawatir ”, kata Aini “ Siapa bilang kalau kamu merepotkan dan gak pernah bahagiakan mama? Dengan kamu lahir di dunia ini merupakan kado terindah yang Allah berikan untuk mama. Kamu akan selalu jadi kebanggaan mama dan papa ”, kata Sinta. “ Papa? Tidak mungkin, ma! ”, kata Aini kes

Coma ( ENG Version )

Gambar
 COMA Am I life ? Am I real ? Where is it ? It’s not my world, My home, because I’m alone. No body can see me. Why people can’t see me ? I always talk with people who stay near me, but they can’t hear my voice I tried to hold their hand, but I can’t feel it           Many Years, I lived in these conditions,   No one couldn’t see me. For many years, I lived alone without someone who wanted to hear my word. Every day, after I wake up, I always in a different place than before. They spook with different language, but strangely enough. I always understand their language. I knew their talking about, I knew that she sad or he happy.   I never even know that language before, I think. What kind of case that applies to me? I want to shout, I want to protest, I need the answer. Why I am here ?

Memoar Braile - Chapter 2

Gambar
CHAPTER 2 DIA MEREBUT HATIKU Aini yang menggunakan pakaian berwarna pink pastel duduk di depan kaca berusaha merapikan jilbabnya, ia bersiap menuju ke Yayasan Pelita Harapan Surabaya, yayasan ini bernaung dalam penanganan anak-anak difabel. Aini menjadi sukarelawan di yayasan ini sejak tahun lalu. Ia tahu tentang Yayasan ini ketika ia sedang melakukan perjalanan ke arah Surabaya Utara untuk mencari jejak Bram. Waktu itu, Aini berhasil menyelamatkan Ibu pemilik yayasan yang hampir saja kecopetan. Kemudian, ibu itu mengajak Aini untuk main ke yayasannya. Disitulah pertama kalinya Aini mengenal dunia yang lain dari dunianya. Ia yang sebelumnya merasa hanya dirinyalah yang   mendapat banyak kesulitan menjadi sadar bahwa masih banyak yang lebih sulit dari yang dialaminya. Namun anak-anak disini tak pernah menampakkan wajah cemberut ataupun air mata. Dimana-mana hanya terdengar tawa dan teriakan-teriakan khas anak-anak yang asyik bermain. Hal itulah yang membuat Aini beg

Memoar Braile - Chapter 1

Gambar
Kilas Balik di Masa Lalu   “ When the sun is reluctant to shine , let it go moonlight replace “ Kisah ini tentang dua manusia yang dipertemukan dalam benang takdir yang tak terduga. Ketika seorang wanita mencari cinta ibunda tercintanya yang kemudian dipertemukan dengan pemuda tampan yang rapuh. Pertemuan mereka membawa kisah yang berlanjut dalam kehidupan mereka.

Renungan

Gambar
InSelf Oleh : Febrina Rach Aku tidak tahu bahwa selama ini aku tahu. Aku tidak mengerti bahwa selama ini aku paham. Aku tidak menyadari bahwa selama ini aku telah sadar. Aku tidak perhatian bahwa selama ini aku memerhatikan. Aku tidak melihat apa yang kulihat. Aku tidak mendengar apa yang kudengar. Aku tidak merasa apa yang kurasa.                 Aku telah mengkhianati diriku sendiri. Dusta! Ya, kuakui. Aku telah membohongi diriku selama ini.                 “ Aku tidak ingin hidup bagai bangkai ikan di permukaan air yang mengalir ”, Tetapi kenyataannya malah terseret ke dalam arus kehidupan, terombang-ambing dengan statement-statement tak bertanggung jawab, tersulut emosi dengan kritik tidak membangun, Terjebak dalam lingkaran kemaksiatan, hanya bisa berharap tidak terjerumus dalam gelap dan dinginya kesesatan. “ Aku hidup seperti burung di dalam sangkar ”, tanpa disadari, akulah yang sebenarnya tidak mau membuka pintu sangkar itu dan melangkah untuk keluar. Meny

CERITA SINGKAT

SEJARAH BAGIKU Oleh : Febrina Rach Ini adalah catatanku tentang makna sejarah. Sebuah sejarah mungkin hanya akan menjadi cerita penghibur bagi masa depan. Sebuah sejarah hanya akan menjadi dongeng bagi anak-anak sebelum tidur. Tetapi, tanpa disadari kita lupa. Kita hidup karena para pendahulu. Kita ada karena kuatnya mental dan teguhnya hati untuk melepaskan diri dari belenggu kegelapan, kesengsaraan, dan kejahiliahan. Bukankah kisah mereka juga menjadi kisah kita? Bukankah kebahagiaan mereka juga menjadi kebahagiaan kita? Sudah berapa banyak darah yang tumpah? Sudah berapa kubik air mata yang jatuh?

Surat Untuk Kakak

Surat Yang Tak Terbaca  oleh : Twinney  14 Januari 2017, For Our Lovely Brother,         Sejak kecil aku, kamu, dan dia tidak pernah bersenang-senang dalam arti kekeluargaan. Bertengkar, beradu mulut, atau beradu fisik menjadi komunikasi kita yang tak kunjung berakhir. Tanpa kita sadari, hubungan darah tidak menjadi jalan kedekatan kita. Tanpa kami ketahui, kami belum mengenalmu, Mas. Dinginmu adalah perisai bagi kami, Our Hero Brother. Kakak kami yang hilang kini telah kembali. Lama sekali waktu yang kami habiskan untuk menunggumu. Tanpa putus harap kami terus berdo’a agar Allah SWT menunjukkanmu hidayah dan jalan kebenaran.

CERPEN_SERIES

Gambar
MY LITLE ENEMY PART 2 oleh : Febrina Rach              Ini adalah cerita lanjutan dari “ My Litle Enemy ” yang sebelumnya sudah dishare oleh penulis di blog dan akun fb nya. Inspirasi ceritanya sama seperti yang sebelumnya, pengalaman pahit, kecut kayak keleknya Memei, manis kayak wajah penulis, dan separuh khayalan penulis. Jadi kalau dibilang true story ya true but sometimes I manipulate it because I think , me and another figures still need privacy. “ Hoi cebol! Sudah paham belum ? ”, tanyaku tiba-tiba. “ Cebal-cebol! ”, kata Mei tidak terima. Kemudian ia berdiri dan menghampiriku. Setelah itu, ia menusuk lenganku dengan jari telunjuknya yang kayak tusuk gigi itu. “ Cesss ”, kata Mei lirih. “ Hoi, hoi! Kamu ini gak lagi konslet kan? Apa yang kau lakukan, Heh? ”, tanyaku bingung. “ Lagi ngempesin kamu ”, kata Mei terkikik.

Kata-kata_Puisi_OPINI

OPINI Oleh : Febrina Rach Satu dekade berlalu Begitu cepatnya hingga aku tak sadar Aku terus memerhatikannya Ya, kau adalah misteri bagiku                 Banyak orang begitu membencimu                 Banyak orang takut padamu                 Tapi aku selalu berbahagia karenamu                 Bagiku, kau asyik dan penuh tantangan