Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2017

Memoar Braile - Chapter 5

CHAPTER 5 KELUARGA KECIL YANG DIRINDUKAN “ Aini? Sudah bangun, Sayang ”, tanya Sinta yang segera menghampiri Aini, membelainya dan mengecup keningnya. “ Mama? ”, kata Aini yang langsung memeluk Sinta. “ Oh, putriku. Syukurlah kamu kembali ke mama lagi ”, kata Sinta terharu. “ Ma, dia bukannya... ”, kata Aini menunjuk Bram. “ Iya, Aini. Dia papa kamu. Masa sudah lupa ”, kata Sinta seraya mempersilakan Bram. “ Anda? Kenapa Anda bisa ada disini? Bukannya Anda di Jogja? ”, kataku heran. “ Kamu kok sama papa sendiri kaku banget, sayang. Lagipula kenapa kamu bisa tahu kalau papa ke Jogja? ”, kata Sinta. “ Ah.. Nggak apa-apa kok, Ma ”, kata Aini menundukkan kepala. “ Aini, maafkan papa ya ”, kata Bram seraya mendekati Aini. Ketika Bram akan membelai Aini, ia menolak dengan memalingkan wajah darinya. “ Maaf, saya masih butuh waktu. Saya memang ingin Anda berbaikan dengan mama, tetapi maaf, jika Anda meminta saya kembali seperti dulu saya tidak bisa ”, jawab Aini kaku.

Memoar Braile - Chapter 4

CHAPTER 4 TAKDIR YANG MENYAKITKAN             Sinta berlari menuju kamar Aini dan dilihatnya seorang pemuda yang berdiri di depan pintu kamar Aini. Namun ia tak mempedulikannya dan segera masuk, disusul oleh Bram. Di dalam kamar, dokter masih menyuntikkan cairan ke dalam tubuh Aini yang tergolek lemah. Aini masih memejamkan matanya. Sinta yang panik, kemudian menghampiri dokter itu.             “ Bagaimana kondisi anak saya? Saya mendapatkan telepon dari suster, dok ”, tanya Sinta panik. “ Ibu tenang dulu, saya akan merawatnya sebentar, Suster tolong antarkan bapak dan ibu ini keluar dulu, ”, kata dokter seraya melanjutkan pengobatan. Suster mengiring mereka keluar, Sinta begitu panik. Aini kembali tak sadarkan diri, kenapa ini? Aini kenapa? Sinta begitu khawatir. Bram yang melilhat kondisi putrinya pun ikut tak kuasa menahan tangis, ia begitu menyesal tidak berusaha menemui Aini. Ia merasa tak berguna dan bersalah pada Aini. Fadhil yang berdiri di depan pintu tadi, mengham