Memoar Braile - Chapter 3
CHAPTER 3 PERTEMUAN TAK TERDUGA Ketika Aini membuka mata, ia melihat ibunya duduk disebelahnya dan terus menggenggam tangan Aini. Aini merasa kasihan pada ibunya yang harus mondar-mandir dari Jakarta karena keteledorannya dalam menjaga kesehatan. Tanpa sadar Aini menangis, ia merasa menyesal telah merepotkan ibunya. “ Aini! Sudah bangun, sayang. Maaf ya, mama baru sempat nengokin Aini ”, kata Sinta membelai kepala Aini dengan lembut seraya mengecup keningnya. “ Maaf ya, Ma ”, kata Aini sesenggukan. “ Sudah, Aini tidak salah apa-apa. Yang penting Aini sudah baik-baik saja ”, kata Sinta menenangkan. “ Aku selalu merepotkan mama, aku gak pernah bahagiakan mama, aku selalu membuat mama khawatir ”, kata Aini “ Siapa bilang kalau kamu merepotkan dan gak pernah bahagiakan mama? Dengan kamu lahir di dunia ini merupakan kado terindah yang Allah berikan untuk mama. Kamu akan selalu jadi kebanggaan mama dan papa ”, kata Sinta. “ Papa? Tidak mungkin, ma! ”, kata Aini kes